Rabu, 30 Januari 2008

Segenggam Beras Di Tangan




Sebuah elemen mahasiswa di Surabaya, beberapa waktu lalu menggelar aksi untuk memprotes kenaikan harga sembako yang semakin tidak terkendali. Aksi yang digelar di depan Patung Gubernur Suryo, yang berseberangan dengan gedung negara Grahadi itu, menuntut janji pemerintah SBY-JK dalam program pemantapan & swasembada pangan. Selain itu, mereka juga menuntut pemerintah untuk bertanggung jawab atas krisis pangan yang terjadi saat ini, dan bisa mengambil kebijakan ekonomi yang meringankan rakyat.
Sungguh ironis, Indonesia dikenal sebagai negara agraris. Tentunya memiliki banyak tanah yang subur. Sayang, kebijakan ekonomi di negeri ini lebih berpihak pada kaum kapitalis, hingga lebih sering menguntungkan mereka yang berduit.�� Tanah pertanian disulap menjadi pusat pertokoan, perumahan, pusat perbelanjaan, pergudangan dan lain sebagainya. Dan tidak sedikit pula, kawasan yang dulunya merupakan tanah pertanian & perkebunan serta menjadi serapan air, diubah menjadi sebuah kota mandiri. Akibatnya, kebutuhan pokok untuk bahan makanan saja, kita harus mengimpor. Karena tanah pertanian semakin sempit. Selain itu, luasan kawasan banjir juga bertambah. Sungguh ironis...

Senin, 21 Januari 2008

Menyejukkan...




Dalam kurun waktu satu tahun terakhir ini, kota Surabaya giat berbenah, khususnya memperbaiki taman kota untuk mengejar penghargaan Adipura. Yang cukup menarik, beberapa taman kota dihiasi dengan air mancur. Sebuah air mancur juga dibuat & dioperasikan Dinas Kebersihan & Pertamanan Kota Surabaya tepat di perempatan Balai Pemuda. Cukup menyejukkan hati para pengendara yang melintasi kawasan padat kendaraan di jantung kota Surabaya.

Melestarikan Kesenian...




Bambang Eddy Seno, pengrajin barongsai asal Surabaya, sedang menempelkan kertas roti pada kerangka kepala barongsai, Selasa (22/01). Warga Dukuh Setro V/7 Surabaya tersebut, merupakan segelintir orang yang cukup peduli untuk melestarikan kesenian dalam bidang pembuatan barongsai di Surabaya. Sebagai salah satu basis suku Tionghoa di Indonesia timur, kesenian barongsai sangat berkembang di Surabaya. Puluhan kelompok Barongsai bermunculan, bahkan anak-anak pun mulai belajar kesenian yang juga dikategorikan sebagai olahraga ini. Namun, di kota Pahlawan tidak banyak orang yang menekuni bidang pembuatan barongsai. Selain diperlukan keahlian, ketelitian & ketelatenan, membuat satu set barongsai lengkap juga dibutuhkan waktu yang cukup lama. Oh ya, barongsai buatan Bambang dijual lebih mahal dari barongsai buatan pengrajin asal Bogor & Semarang. Sebab, barongsai buatannya lebih berat & lebih tahan lama. Mau tau harganya? Sekitar Rp. 5 jt hingga Rp. 8 jt, tergantung banyaknya aksesoris pada kepala barongsai sesuai keinginan sang pemesan.

Selasa, 15 Januari 2008

Surabayaku Saat Ini



Inilah kondisi kota Pahlawan Surabaya saat ini. Hijau, indah, bersih, & menyegarkan. Tidak kalah dengan taman bunga di Belanda yo?! Di kota inilah aku dilahirkan & dibesarkan. Banyak kenangan indah & buruk, sudah aku lalui di kota ini. Namun jangan terpengaruh yang indah-indah saja. Sebab foto ini cuman kamuflase, lho! Foto inilah yang membuat aku menang menjadi Juara Harapan I lomba foto "Taman Kota Surabaya." Tentu saja, aku hanya mengambil "angle" yang menurutku indah & bisa membuatku menjadi juara. Sahabat, kalo sempat berkunjung ke Surabaya. Masih banyak sisi-sisi kehidupan yang menarik untuk disimak. Termasuk masih banyaknya daerah kumuh, kawasan mudah banjir, serta kehidupan kaum urban yang miskin & butuh uluran tangan.

Mengawali Tahun Baru




Matahari pagi terbit mengawali pergantian tahun baru 2008 di kawasan tambak garam Oso Wilangun Surabaya yang terendam air, (01/01). Untuk memotretnya, terpaksa harus menahan kantuk berat. Karena semalaman, aku harus meliput proses pergantian tahun di tengah kota Surabaya.